penyebap permasaalahan lingkungan
1 Kepadatan
Penduduk
Indonesia
mempunyai jumlah penduduk yang besar dan menduduki urutan ke-empat dunia
setelah RRC, India, Amerika Serikat. Jumlah pendudukan Indonesia pada Tahun
2005 adalah 218.869.791 jiwa (Statistik Indonesia, 2005). Jumlah penduduk yang
besar itu makin bertambah walaupun program Keluarga Berencana (KB) sudah
digalakkan. Peningkatan jumlah penduduk sangat berkaitan erat dengan daya
dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan adalah besarnya kemampuan lingkungan
untuk mendukung kehidupan. Proses penghambatan pertumbuhan dapat terjadi secara
alamiah dan atas campur tangan manusia. Pertumbuhan penduduk yang cepat akan
mengurangi daya dukung lingkungan. Penurunan daya dukung lingkungan akan mengakibatkan
adanya keterbatasan sumber pangan yang akhirnya dapat memicu konflik. Konflik
dalam masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan dapat mengakibatkan
terjadinya peperangan. Peperangan dapat mempunyai efek menurunkan kepadatan
penduduk. Dibeberapa masyarakat terdapat adat untuk membunuh anak, yaitu yang
disebut infantiside. Misalnya orang
merasa tercela, apabila anak pertamanya bukan laki-laki. Karena itu bayi
perempuan yang lahir sebelum ada anak laki-laki akan dibunuh. Dengan adanya
adat ini pertumbuhan penduduk dapat dicegah. Contoh tersebut menunjukkan cara
pengaturan kepadatan penduduk, walaupun tidak dapat kita terima.
2
Pemanasan Global
Pemanasan
global telah menjadi isu internasional hangat. Isu tersebut timbul karena
pemanasan global akan memberikan efek yang sangat besar yaitu kenaikan muka air
laut dan perubahan iklim global. Pemanasan global adalah meningkatnya tempratur
rata-rata di atmosfer, laut dan daratan di bumi (Rusbiantoro, 2008). Sumarwoto (1991) mengemukakan bahwa pemanasan
global adalah naiknya rata-rata suhu permukaan bumi sebagai akibat dari efek
rumah kaca. Dengan demikian pemanasan global merupakan kenaikan rata-rata suhu
permukaan bumi.
Penyebab
dari kenaikan suhu tersebut diakibatkan oleh aktivitas pembakaran bahan bakar
fosil, serta meningkatnya konsentrasi gas-gas penyerap panas (gas-gas rumah
kaca) di atmosfer. Penghasil terbesar dari pemanasan global adalah
Negara-negara industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang
dan Cina yang berada di belahan bumi utara. Pemanasan global ini dapat terjadi
karena pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat Negara-negara utara yang lebih
tinggi dari penduduk di bagian selatan yang merupakan Negara berkembang. Negara-negara berkembang juga penghasil CO2
dengan meningkatnya industri dan perusahaan tambang.
Pemantauan
kadar CO2 di atmosfer telah dilakukan secara langsung di Gunung
Mauna Loadi Hawai sejak Tahun 1958. Tempat itu dipilih karena tidak ada
tumbuhan sehingga hasilnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis
tumbuhan setempat. Hasil pemantauan menunjukkan adanya kenaikan kadar CO2
yang terus menerus. Dengan kenaikan kadar CO2 tersebut maka makin
banyak sinar infra merah yang diserap oleh CO2 sehingga intensitas
efek rumah kaca meningkat. Hal ini akan menyebabkan suhu permukaan bumi akan
naik. Disamping uap air dan CO2, terdapat gas-gas rumah kaca lain
dalam atmosfer yaitu metana, ozon, N2O dan CFC.
3
Pencemaran Air
Air
merupakan salah satu sumber kehidupan bagi umat manusia. Apabila air tercemar
maka kehidupan manusia akan terganggu. Ini merupakan bencana besar. Hampir
semua makhluk hidup di bumi membutuhkan air. Tanpa air tidak aka nada kehidupan
di muka bumi ini.
Pencemaran air
adalah kondisi dimana kualitas air telah menyimpang dari keadaan normalnya.
Keadaan normal air tergantung dari kegunaan air itu sendiri dan asal sumber
air. Jadi ukuran air disebut bersih dan tidak tercemar tidak ditentukan oleh
kemurnian air. Sesuai dengan kegunaannya air dipakai untuk air minum, air untuk
mandi, mencuci, pengairan pertanian, tambak ikan dan untuk industri.
Indikator atau
tanda bahwa air di lingkungan telah tercemar adalah dengan adanya perubahan
yang diamati melalui perubahan suhu, pH,
warna, bau, rasa air, timbulnya endapat, koloidal, bahan terlarut, mikro
organism dan meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.
-
Perubahan suhu air
Dalam kegiatan industri
seringjali suatu proses disertai dengan timbulnya panas reaksi atau panas dari
suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesin-mesin yang menunjang
kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik, maka mesin harus didinginkan.
Pendinginan dilakukan dengan menggunakan air pendingin. Air akan mengambil
panas, dan kemudian dibuang ke lingkungan. Apabila air panas tersebut dibuang
ke sungai, maka akan mengakibatkan naiknya suhu air sungai. Air sungai yang
suhunya naik akan mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air dan organisme
air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut akan menurun bersamaan dengan
kenaikan suhu air. Padahal setiap kehidupan membutuhkan oksigen untuk
bernafas.
-
Perubahan pH
Air normal yang
memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar 6,5 – 7,5. Air
dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau
besarnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai pH lebih
kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih
besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari
kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada
akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air.
-
Perubahan warna, bau
dan rasa
Bahan buangan dan air
limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan organik dan bahan anorganik
seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah
industry akan larut dalam air maka akan terjadi berubahan warna air. Air dalam
keadaan normal tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
-
Timbulnya endapan,
koloidal, dan bahan pelarut
Endapan dan kolidal
serta bahan pelarut berasal dari adanya bahan buangan indsutri yang berbentuk
padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat apabila tidak larut dalam
air maka akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut akan menjadi
koloidal. Endapan sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di air bersama
dengan koloidal. Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan
menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air. Padahal sinar matahari
dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Akibatnya kehidupan organisme akan
terganggu.
Apabila endapan dan
koloidal yang terjadi berasal dari bahan buangan organic, maka mikroorganisme,
dengan bantuan oksigen terlarut di dalam air, akan melakukan degradasi bahan
organic tersebut sehingga menjadi bahan yang lebih sederhana. Dalam hal ini,
kandungan oksigen yang terlarut dalam air akan berkurang sehingga organism lain
yang memerlukan oksigen akan terganggu pula.
Banyaknya oksigen yang diperlukan untuk proses degradasi biokimia
disebut dengan Biological Oxygen Demand
(BOD).
Kalau bahan buangan
industri berupa bahan-bahan anorganik yang dapat larut maka air akan
mendapatkan tambahan ion-ion logam. Banyak bahan anorganik yang memberikan
ion-ion logam berat yang besifat racun seperti Cd, Cr, Pb.
-
Mikroorganisme
Mikroorganisme berperan
dalam proses degradasi bahan buangan dari kegiatan industri. Jika bahan buangan
cukup banyak, maka mikroorganisme akan meningkat dan memungkinkan untuk
perkembangbiakan mikroba pathogen. Mikroba pathogen adalah penyebab timbulnya
berbagai penyakit. Mikroba penyebar penyakit lewat air antara lain adalah
virus, protozoa, metazoan.
-
Meningkatnya
radioaktivitas air
Zat radioaktif yang
cukup banyak akan menimbulkan efek terhadap kesehatan. Namun demikian, zat
radioaktif dalam jumlah sedikit dapat pula menimbulkan masalah apabila terjadi
biomagnifikasi di dalam organisme air. Besar kecilnya masalah ini tergantung
dari kadar magnifikasi, peran organisme tersebut dalam rantai makanan, serta
lamanya waktu paruh zat radioaktif.
Dampak
dari adanya pencemaran air adalah air tidak dapat dimanfaatkan lagi baik untuk
keperluan rumah tangga, keperluan industri, keperluan pertanian dan perikanan,
dan air menjadi penyebab timbulnya penyakit misalnya Cholera, Polliomyelitis,
Dysentri Amuba, typhus Abdominalis, Ascariasis, dan sebagainya.
4
Pencemaran Udara
Pencemaran
udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di udara yang
menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya.
Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta
berada dalam waktu lama akan mengganggu kehidupan makhluk hidup.
Udara
merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap,
tergantung pada suhu, tekanan dan lingkungan sekitarnya. Susunan atau komposisi
udara kering adalah Nitrogen (78,09%), Oksigen (21,94%), Argon (0,93%),
karbondioksida (0,032%). Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain
nitrogen oksida, hidrogen, methane, belerang dioksida, dan lain-lain.
Penyebab
pencemaran udara ada dua macam yaitu:
a. Karena
factor internal (secara alamiah), misalnya debu yang beterbangan ditiup angin,
debu akibat letusan gunung berapi.
b. Faktor
external (karena ulah manusia), misalnya hasil pembakaran bahan bakar fosil,
debu dari kegiatan industry, pemakaian zat-zat kimia yang dilepaskan ke udara.
Komponen
pencamar utama di udara adalah karbonmonoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx),
Belerang Oksida (SOx), Hidrokarbon (HC), partikel. Jumlah komponen
pencemar tergantung pada sumbernya.
Dampak
pencemaran udara :
-
Dampak pencemaran udara
oleh Karbonmonoksida (CO)
Karbonmonoksida (CO)
adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan juga tidak berwarna. Oleh
karena itu lingkungan yang telah tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh
mata. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu -192oC. Di udara gas
CO terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di daerah
perkotaan dengan lalulintas yang padat konsentrasi CO berkisar 10-15 ppm.
Konsentrasi CO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan dapat
mengakibatkan kematian.
Karbonmonoksida apabila
terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi
masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas
CO bersifat racun metabolis, ikut bereasksi secara metabolis dengan darah.
Ternyata ikatan monoksida dengan darah jauh lebih stabil dari pada ikatan
oksigen dengan darah. Keadaan ini menyebabkan darah lebih mudah menyerap CO
dari pada Oksigen dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen
terganggu.
-
Dampak pencemaran udara
oleh Nitrogen Oksida (NOx)
Gas nitrogen oksida (NOx)
ada dua macam yaitu nitrogen monoksida
(NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Kedua gas tersebut
mempunyai sifat yang sangat berbeda dan keduanya berbahaya bagi kesehatan. Gas
NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak
berwarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara
mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan berwarna coklat kemerahan.
Toksisitas gas NO2
empat kali lebih kuat dari toksisitas gas NO. Organ tubuh yang paling peka
terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang
terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingg penderita sulit
untuk bernafas sehingga menyebabkan kematian.
Gas NO2
dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil
Nitrates (PAN) yang menyebabkan iritasi pada mata sehingga mata menjadi
pedih dan berair.
-
Dampak pencemaran oleh
Belerang Oksida (SOx)
Sebagian besar gas SOx
berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara. Udara yang telah
tercemar SOx menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada system
pernapasannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah menjadi asam
menyerang selaput lender pada hidung, tenggorokan, dan saluran nafas yang lain
sampai ke paru-paru. Gas SOx dapat menyebabkan iritasi pada bagian
tubuh yang terkena.
-
Dampak pencemaran oleh
partikel
Pencemaran udara oleh
partikel dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Pada saat orang menarik nafas,
udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran
partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan
atau pengendapan partikel tersebut.
Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan bertahan di saluran
pernafasan bagian atas, sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan
bertahan pada saluran pernafasan bagian tengah. Partikel yang berukuran lebih
kecil (1-3 mikron) akan masuk ke dalam paru-paru dan menempel pada alveoli.
Partikel yang kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat nafas dihembuskan.